Bau Dupa dan Arti Mimpi

”Dul, gua kok mimpi dihias ya. Cantik kali gua nok di mimpi, katanya sih mau pentas nari tapi ga sampe pentas kok. Riasannya sudah lengkap. Kenapa je ya? Trus waktu gua baru bangun jeg hidung gua bauin dupa lagi nok, sampe ga bisa tidur lagi. Padahal itu mimpi 2 hari yang lalu eh bau dupanya masih aja ngejar gua sampe kemarin malam lu. Hihihihihi sekarang kiyap mata gua nok.”

”Badaaaah, ga bagus itu artinya, bakalana da masalah itu, lu dikasi peringatan biar siap-siap.”

Sepenggal percakapan dengan kakak tersayang di Bali, yang selama pandemi ini bisa saya telepon sesuka hati dan dia tidak pernah menolak kecuali saat sedang tidur atau lagi keluar rumah. Sering kami saling berbagi, berdiskusi dan mencoba untuk menguatkan masing-masing dikala kami butuh dukungan selain dari suami dan anak. Kakak saya ini sebenarnya secara pemikiran berada di tengah, tidak terlalu ke kanan dan tidak terlalu ke kiri. Orangnya cuek, bertolak belakang dengan saya yang menurut dia, jelas-jelas menggambarkan kambing yang cepat panas dan keras kepala. Selama pandemi ini, saya belajar banyak dari dia, beberapa trik dan tips baru untuk tetap bisa berada di rel yang seharusnya dan yang sudah saya rencanakan pada perjalanan kali ini.

Sebenarnya bisa saja tidak ambil pusing dengan mimpi tersebut, namun karena disertai bau dupa yang kuat dan yang tidak mau pergi walaupun saya sudah memohon dengan sangat, saya akhirnya menyiapkan diri untuk sesuatu yang mungkin tidak akan saya sukai. Sepertinya saya sudah diperingatkan bahwa sakit, lagi dalam perjalanan untuk mampir ke tempat saya. Ternyata benar, apa yang diprediksi kakak menjadi kenyataan, untungnya saya sudah diijinkan menyiapkan diri sebelumnya. Benar saja sakit mengetuk pintu saya, seperti biasa, saya biarkan saja dia masuk sebentar karena ternyata pelajaran yang saya dapatkan hari itu sangat berharga, baik itu untuk saya saat ini dan juga di masa depan. Seperti biasa, sakit pamit setelah mata saya terbuka dan dalam diam saya menyusun kembali beberapa daftar yang tercecer kesana-kemari.

Menata kembali hati dari sebuah keterkejutan dan mencoba memahami bahwa Tuhan ingin saya belajar, perlahan saya mulai tersenyum. Saya berterima kasih diberikan ijin menerima mata kuliah tambahan yang tidak pernah saya rencanakan untuk mengambilnya saat ini. Saya disuruh berhenti sebentar, menarik nafas dan sebelum mengibaskan debu-debu yang hampir berada di seluruh bagian tubuh. Menulis dan menulis lagi, mempertimbangkan, berdiskusi dengan diri sendiri, langkah apa yang terbaik yang saya akan ambil setelah kejadian ini. Apakah ini sudah sesuai dengan nilai yang saya pegang, apakah saya mampu nantinya memperdalam mata kuliah ini di ke depannya? Menghitung efek apa yang nanti saya, suami dan putri kami dapatkan jika saya mengambil keputusan dari A, B, C dan seterusnya. Apakah saya siap nantinya dengan banyak pertanyaan dari luar? Apakah saya mampu untuk berkata ’cukup’ saat diperlukan? Masih banyak pertanyaan yang saya tanyakan pada diri sendiri…

Yang abadi adalah perubahan dan itu sudah dibuktikan berkali-kali. Apakah kita harus takut dengan perubahan? Tidak,…santai sajalah karena perubahan akan selalu ada, seperti bayangan yang akan mengikuti kita dan mengintai. Bahkan bayangan pun berubah sesuai dengan berubahnya arah matahari, jadi penerimaan adalah kuncinya sebelum melepaskan sesuatu yang memang kita tidak bisa pertahankan. Apakah itu artinya saya menyerah? Tidak, saya memilih untuk memohon maaf karena keacuhan saya kepada diri sendiri dan segala peringatan yang saya hiraukan, hingga keputusan untuk mengatakan cukup dan melangkah ke halaman baru di buku kehidupan. Lega karena saya sudah membayar lunas hutang karma saya, bukankah semakin banyak yang kita lunasi maka semakin banyak waktu untuk fokus kepada karma yang lain. Saya tersayat hari itu, namun saya yakin, sayatan itu yang akan membentuk saya menjadi patung yang nantinya siap untuk dipersembahkan kepada Sang Pemilik. Sepertinya ijin Tuhan sudah turun, berawal dari mimpi, bau dupa yang tak henti sampai akhirnya mata saya terbuka dan memutuskan untuk mengambil jalan lain kali ini. Kelihatannya terjal, namun di setiap kerikil yang ada, akan ada pelajaran yang bisa saya petik. Seperti setiap sayatan yang memberikan arti dalam walaupun tidak bisa saya prediksi kapan datangnya.

Ini bukan pertama kali saya dikepung bau dupa yang tidak berkesudahan dan diberikan peringatan lewat mimpi. Terkadang ingin meyakinkan diri bahwa mimpi adalah bunga tidur dan tidak berarti apa-apa. Namun jika saya tidak memiliki persiapan, apakah sakit akan diam lebih lama menemani saya? Atau…saya akan baik-baik saja seperti sekarang walaupun kenyataan pahit itu ada di depan mata? Saya tidak tahu jawabnya, yang saya tahu adalah saya beruntung diberikan kesempatan untuk menyiapkan diri, mengingat-ngingat mata kuliah tentang sakit, penerimaan dan keikhlasan yang akan membantu saya bagaimana untuk bereaksi. Rasa syukur ada suami dan anak saya yang memberikan pelukan damai mereka yang meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya, terima kasih juga pada kakak saya yang sudah membantu saya mengartikan mimpi yang saya punya. Bau dupa dan arti mimpi tidak selalu seperti yang kita harapkan namun darinya kita bisa belajar mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

Saya sudah diberikan sebuah gambaran dari akhir salah satu bab dalam buku kehidupan kali ini dan bab baru sudah menanti saya. Saya yakin, di bab baru akan ada semakin banyak pembelajaran yang bisa dipetik baik itu dari manusia ataupun alam yang ada di sekitar saya. Ketika sakit sudah menutup pintu rumah saya untuk pergi, maka lega menggantikannya. Terima kasih sudah memberitahu saya dan menolong saya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, terima kasih sudah mengijinkan saya membayar tunai karma saya.  Terima kasih sudah memberikan saya tambahan waktu lewat mimpi dan bau dupa untuk bisa bersiap akan mata kuliah hari itu.

”Jalani karmamu, engkau sedang dipahat untuk menjadi sebuah patung yang unik. Bersyukurlah jika mimpi dan dupa membantumu lewat caranya yang unik untuk mencari dan mempertimbangkan langkah kakimu jika debu itu sudah terbang dari tubuhmu. Tegakkan kepalamu karena perubahan tidak akan membunuhmu namun akan memberikan makna di perjalananmu kali ini.”

 

Haninge 12082020

About demaodyssey

A Balinese who is currently living in Stockholm, Sweden. I love to write almost about everything and it helps me to understand more about myself and life.I love traveling, where I can learn a lot about other cultures, I love reading where I can improve my languages skill and learn about others through their works, and photography is one of my passions where I learn to understand nature deeper. I am a dream catcher... and will always be! Thank you for stopping by and hope you enjoy to read my posts. Take care
This entry was posted in 2020, catatan perjalanan, Catatan prajurit kecil, Jejak 2020 and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.