Perenungan Akhir Tahun 2021

Nordmaling, 31 Oktober 2021

“Whatever you hear about me, please believe it.

I no longer have time to explain myself.

You can also add some if you want.”

“Dul… lu liat ga kata-kata yang gue kirim ke elu? Wkwkkwkw lu banget nok!”

“Buahhahah, gua bilang juga apa. Emang harus kayak gitu, biar aman hidup lu!”

Saya nemu kata-kata di atas yang memang sudah pernah saya dengar versinya Maming (kakak) dari dulu, dari sejak saya sadar bahwa kakak saya nyaris tidak punya teman sama sekali karena dia terkenal karena galak dan judes. Tapi karena dia sudah nyaman dengan dirinya sendiri, dia cuek bebek dan tidak peduli akan sekitarnya.

Seperti yang dia bilang, hanya satu dua orang yang memang menjadi teman baiknya dan bisa dipastikan orang-orang ini tidak menyerah walaupun dikasi tampang judes pertama kali. Setelah mereka benar-benar mengenal Maming, maka mereka kaget karena sebenarnya kakak saya ini berhati lembut dan suka menolong. Orangnya ga galak kayak saya, ga keras kepala dan ga emosian, bahkan bisa dibilang ga tegaan dia.

”Temen lu ini kayaknya ga cocok deh sama lu Cik, pokoknya ga aja.”

”Masak sih, tapi dia baik kok dul!”

Ini beberapa kali dia sampaikan setelah Maming bertemu beberapa teman. Saya sih ga percaya dan saya ga ambil terlalu serius omongan dia seperti yang jawaban yang saya berikan. Namun satu persatu kata-kata yang dikatakan kakak saya ini menjadi kenyataan dimana, akhirnya teman-teman ini mengajari saya akan banyak hal dan yang paling berharga adalah tempat saya membayar karma saya dengan lunas. Setiap saya ’dilepaskan’ oleh seorang teman, saya selalu bercerita padanya dan reaksi yang saya dapatkan…

”Ya, berarti hutang karma lu lunas. Apa yang memang menjadi milik lu ga bakalan pergi kok dari lu.”

Dia juga yang memberikan saya sebuah keyakinan bahwa saya bisa memulai satu jenjang yang saya ceritakan sebelumnya, Wanaprastha Asrama. Ternyata, apa yang dulu pernah dia katakan

Jadi ketika asik browsing internet dan menemukan kata-kata itu, langsung keinget sama kakak tersayang ini. Banyak yang saya pelajari dari dia, tentang  bagaimana kita harus nyaman dulu terhadap diri kita sendiri sebelum memasuki jenjang selanjutnya karena kenyamanan dengan diri sendiri akan sangat membantu di kehidupan, terutama saat-saat roda kehidupan sedang berada di bawah. Ketika kita berbeda sendiri diantara orang-orang yang melihat kita sebagai orang-orang aneh.

3 tahun yang lalu, saya masih suka sekali ,mencoba menjelaskan kepada orang-orang, membuktikan kalau mereka berpikir salah tentang saya, mencoba menyenangkan banyak orang dan tidak mendengarkan diri saya dan menelantarkannya. Namun ketika saya diberikan ijin untuk terakhir kalinya untuk membela diri saya, saya memilih diam karena  selain karma yang sudah lunas terbayar, mata saya terbuka tentang satu hal. Jangan pernah menjelaskan dirimu kepada orang lain yang tidak akan pernah mau memakai sepatumu dan mengerti akan niat baikmu. Santai saja, biarkan mereka memutuskan apa yang mereka mau tentang hidup mereka, jika mereka ingin meneruskan perjalanan mereka tanpamu, lambaikan tanganmu dan ucapkan selamat jalan.

Saya kemudian meminta maaf pada diri sendiri, memberikan sebuah komitment bahwa saya tidak akan membiarkannya tidak terdengar lagi, mulai mempelajari ke dalam diri dan bukan keluar. Menciptakan mantra demi mantra yang nantinya bisa saya wariskan, menggali dan terus menggali potensi diri, belajar lebih tekun lagi menikmati proses sebagai pelajar di Universitas Kehidupan tanpa harus menjelaskan tentang diri ini kepada orang lain. Tanpa harus berusaha untuk disukai, lebih menjadi diri sendiri dengan kebebasan yang pernah hampir terlupakan.

Pencapaian terbesar saya di tahun 2021 adalah semakin nyaman dengan diri sendiri. Saya bukan lagi Deni yang dulu yang punya sikap ’lu jual, gue beli’ dan selalu ingin menjelaskan jika ada kesalahpahaman, selalu ingin berbuat yang terbaik buat orang lain walaupun terkadang saya harus mengesampingkan apa yang diinginkan oleh gadis kecil dalam diri. Deni yang sekarang adalah saya yang tidak terlalu memikirkan apa pendapat orang selama saya berjalan sesuai dengan apa yang saya yakini dan tidak menyusahkan orang lain. Ini perjalanan saya dan saya yang memutuskan apa yang membuat saya nyaman belajar, menciptakan lingkungan yang nantinya membantu saya semakin fokus akan tujuan saya, baik itu dengan teman atau tidak. Jika Tuhan mengijinkan saya memiliki teman, maka saya mau teman tersebut mau saya ajak belajar bersama, tumbuh bersama tanpa ada persyaratan yang nantinya mengoyak kebebasan masing-masing. Hanya itu pinta saya pada Sang Pemilik Jiwa bukan hanya di akhir tahun ini namun juga setiap doa yang terpanjatkan.

Mengakhiri tahun 2021 ini… ijinkan saya mengucapkan,

”Selamat tahun baru 2022

Semoga kita semua diberikan ijin untuk bermimpi,

menggenggam mimpi-mimpi tersebut satu per satu,

dalam sehat dan lindungan Sang Pemilik Jiwa,

serta dibalut kasih yang tidak berkesudahan, amen.”

dengan pesan…

” Apapun yang kalian dengar tentang saya, tolong percaya saja. (karena) saya tidak lagi memiliki waktu untuk menjelaskan tentang siapa saya.

Kalau kalian mau, kalian bisa menambahkan sendiri (pendapat kalian).”

Haninge, 31 Desember 2021

About demaodyssey

A Balinese who is currently living in Stockholm, Sweden. I love to write almost about everything and it helps me to understand more about myself and life.I love traveling, where I can learn a lot about other cultures, I love reading where I can improve my languages skill and learn about others through their works, and photography is one of my passions where I learn to understand nature deeper. I am a dream catcher... and will always be! Thank you for stopping by and hope you enjoy to read my posts. Take care
This entry was posted in 2021, catatan perjalanan, Catatan prajurit kecil and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.